Sejumlah warga Palestina terlihat di depan sebuah bangunan yang hancur
akibat serangan Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan (7/12/2023)
(ANTARA/Xinhua/Khaled Omar/aa)
Yerusalem (ANTARA) - Mayoritas warga Israel pada Rabu (13/12) mengatakan
bahwa tentara negara Zionis itu tidak boleh mundur dari serangan yang tak
henti-hentinya untuk menghancurkan Hamas.
Keinginan sebagian besar warga Israel itu diserukan dalam sebuah jajak
pendapat meskipun ada seruan gencatan senjata dari Majelis Umum PBB,
meningkatnya jumlah korban tentara dan meningkatnya jumlah korban tewas
warga Palestina di Gaza.
Militer Israel mengalami salah satu hari paling mematikan dalam perang Gaza
yang telah berlangsung selama dua bulan pada Selasa (12/12), dengan seorang
kolonel di antara 10 tentara yang tewas, menjadikan jumlah korban jiwa
menjadi 115 orang.
Jumlah tentara Israel itu hampir dua kali lipat jumlah korban tewas dalam
bentrokan di daerah kantong Palestina tersebut sembilan tahun lalu.
Pada saat sebagian besar daerah kantong tersebut terbengkalai, kondisi yang
mengerikan dan lebih dari 18.500 warga Palestina tewas dalam serangan udara
dan darat tentara Israel, Presiden AS Joe Biden mengatakan pemboman "tanpa
pandang bulu" terhadap warga sipil Gaza telah merugikan dukungan
internasional Israel.
Jajak pendapat yang dilakukan di Israel dalam beberapa pekan terakhir
menunjukkan dukungan yang sangat besar terhadap perang tersebut meskipun
jumlah korban jiwa meningkat.
Enam warga Israel yang berbicara kepada Reuters pada Rabu mengatakan
sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mundur, terlepas dari memudarnya
simpati global yang tercermin dalam resolusi PBB pada Selasa.
Pembunuhan Hamas terhadap sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil,
pada 7 Oktober menghidupkan kembali perasaan Israel sebelumnya ketika
negara-negara Arab melancarkan serangan mendadak pada tahun 1973, dengan
adanya rasa ketakutan bahwa negara-negara tetangga dan musuh-musuh negara
Zionis itu dapat melenyapkan bangsa Yahudi secara bersamaan, kata ilmuwan
politik Tamar Hermann.
"Masyarakat berpendapat bahwa hal ini merupakan ancaman terhadap keberadaan
Israel," kata Hermann, dari Israel Democracy Institute, yang mengadakan
jajak pendapat rutin mengenai perang tersebut. Dia mengatakan bahwa
masyarakat siap saja menghadapi lebih banyak kematian tentara.
Seorang pensiunan Ben Zion Levinger mengatakan musuh-musuh Israel akan
memandang lambatnya upaya memerangi Hamas sebagai tanda kelemahan.
Meskipun kerugian yang ditimbulkan sangat besar, tujuan operasi militer
tersebut adalah penghancuran total infrastruktur Hamas di Gaza, kata ketua
Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset Yuli Edelstein dalam sebuah
wawancara.
Setelah jeda permusuhan selama sepekan pada November, lebih dari 75 persen
warga Israel mengatakan serangan harus dilanjutkan tanpa adanya upaya
mengurangi korban sipil Palestina atau tekanan internasional, menurut jajak
pendapat yang dilakukan oleh Institut Demokrasi Israel.
Dengan media Israel yang mengecilkan pemberitaan terkait korban sipil di
Gaza dibandingkan pemberitaan media internasional, Hermann mengatakan
walaupun pandangan mengenai korban warga Palestina berbeda-beda tergantung
pada kecenderungan politik Israel, beberapa orang merasa kematian warga
Palestina tersebut adalah harga yang dapat diterima untuk dibayar demi
keamanan di masa depan.
“Ada rasa balas dendam pertama, terutama di kalangan sayap kanan, dan di
kalangan sayap kiri dan tengah mereka melihatnya seperti yang saya katakan
sebagai hal sekunder setelah pencapaian perang… hal ini hanya dianggap
sebagai dampak kerusakan tambahan,” katanya.
Hanya 10 persen warga Israel yang menganggap tentara berlebihan dalam
menggunakan persenjataan, menurut jajak pendapat Universitas Tel Aviv yang
dilakukan pada akhir Oktober terhadap 609 responden, dengan margin kesalahan
4,2 persen.
Copas dari
https://www.antaranews.com/berita/3871980/korban-semakin-banyak-mayoritas-di-israel-ingin-perang-diteruskan?utm_source=antaranews&utm_medium=desktop&utm_campaign=popular_right
No comments:
Post a Comment