Karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai bentuk yaitu roman, novel,
novella dan cerpen Baribin (1985 : 29). Dalam arti luas, novel adalah cerita
berbentuk prosa dalam ukuran yang lebih luas. Ukuran yang luas di sini dapat
berarti cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema atau
permasalahan yang luas ruang lingkupnya, suasana cerita yang beragam, dan
latar yang beragam pula.
Menurut
Suharianto (1982 : 40), novel dapat mengungkap seluruh episode perjalanan
hidup tokoh ceritanya, bahkan dapat pula menyinggung masalah-masalah yang
sesungguhnya tidak begitu integral dengan masalah pokok cerita itu sendiri.
Kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap saja dan kehadirannya tidak akan
mengganggu atau mempengaruhi kepaduan ceritannya. Cerita mengenai
masalah-masalah sampingan tersebut biasa dikenal dengan istilah digresi.
“Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang
tertentu,yang melukiskan para tokoh,gerak serta adegan kehidupan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau
kusut”
“Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur,cukuppanjang mengisi satu buku
atau lebih, yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat
imajinatif”
“sebuah Roman atau Novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu
kronikpengidupan ; merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu,
pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak-gerik
manusia”.
Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak Zaidin, Anita K. Rustapa, dan
Hani’ah menuliskan, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsure tokoh,
alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut
pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan
dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Tarigan (1985: 164)
a. Pengertian novel kontemporer secara sederhana adalah :
- Novel yang hidup pada masa kini atau novel yang hidup pada waktu yang
sama.
- Novel yang berusaha bergerak mendahului keadaan zamannya.
b. Pengertian novel kontemporer secara luas adalah :
- Novel yang menyimpang dari semua sistem penulisan fiksi yang ada selama
ini atau yang bersifat konvensional.
- Novel yang menggarap masalah fiksi dan batin dengan pola yang aneh tetapi
suasana dan imaji yang sangat menakjubkan.
Berdasarkan dua pengertian novel kontemporer di atas, maka novel Indonesia
kontemporer adalah novel Indonesia yang bentuknya menyimpang dari sistem
penulisan fiksi di Indonesia selama ini dan yang menggarap masalah fiksi dan
batin manusia Indonesia dengan pola yang aneh tetapi dengan suasana dan
imaji yang sangat menakjubkan.
Novel kontemporer muncul dilatarbelakangi oleh adanya suatu pergeseran
nilai kehidupan secara menyeluruh. Persoalan kehidupan merupakan semangat
munculnya sastra atau novel kontemporer. Demikian juga terjadi perubahan
yang besar dan mendasar yang meliputi penulisan dan pencarian bentuk-bentuk
pengucapan baru.
Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berfikir dan
bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra
bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai
kelihatan setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda
menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode
70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah
angkatan ’45 dengan nama angkatan ’80. Perbedaan esensial antara kedua versi
tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan,
yaitu:
1. keduanya tidak mengakui adanya angkatan ’66 yang dicetuskan oleh HB.
Jassin
2. keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan
‘45
3. keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan
Sastra Indonesia Modern sesudah angkatan ‘45
Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba
batas-batas beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun drama
semakin tidak jelas. Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang sudah
berani membuat cerpen dengan panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat
seperti bentuk sajak. Dalam bidang drama mereka mulia menulis dan
mempertunjukkan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan dalam
bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro.
Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang,
antara lain; wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya.
Para sastrawan tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan
berusahan untuk menjadikannya sebagai titik tolak dalam menghsilkan karya
sastra modern.
Konsepsi improvisasi dalam karya sastra dipahami oleh Putu Wijaya. Ia
mengatakan bahwa sebuah novel hanyalah cerita pendek yang disambung,
sehingga yang penting muncul di dalam penulisan suatu karya sastra adalah
faktor ketiba-tibaan. Sebuah novel ditulis didalam dadakan-dadakan karena
pada saat menulis beragai ide yang datang dimasukkan ke dalam ide pokok.
Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan uncur improvisasi.
Untuk novel kontemporer yang dapat diwakili oleh karya Iwan Simatupang,
Putu Wijaya, Kuntowijoyo, dan Budi Darma, memperlihatkan adanya kesamaan
tema yang mengangkat masalah keterasingan manusia modern dan kehidupan yang
absurd. Identitas tokoh menjadi tidak penting yang ditandai dengan penamaan
Tokoh Kita (dalam novel-novel Iwan Simatupang) atau cukup disebutkan lelaki
setengah baya, penjaga kuburan, buruh pabrik, walikota, pensiunan dan
beberapa nama jabatan atau status sosial yang bisa berlaku untuk siapa saja.
Latar tempat dan latar waktu juga tidak mengacu pada tempat dan waktu
tertentu, sehingga dapat berlaku di mana dan kapan saja. Alur yang dalam
novel konvensional selalu harus didasari pada rangkaian peristiwa yang
mempunyai pertalian hubungan sebab-akibat (kausalitas), dalam novel-novel
tahun 1970-an itu tidak lagi berlaku. Segala peristiwa bisa tumpang-tindih
tak ada hubungan sebab-akibatnya (kausalitas). Peristiwa yang dihasilkan
lakuan dan pikiran disajikan seketika secara serempak, seolah-olah peristiwa
itu datang saling menyergap. Akibatnya, peristiwa itu seperti tidak jelas
lagi juntrungannya. Model novel-novel yang seperti inilah yang kemudian
disebut sebagai novel arus kesadaran (stream of conciousness), sebuah aliran
dalam sastra (terutama prosa) yang menekankan cerita melalui pikiran,
perasaan, dan alam bawah sadar tokoh-tokohnya.
Menurut Purba (2001) novel Indonesia kontemporer berciri sebagai berikut
:
- Antitokoh
- Antialur
- Bersuasana misteri atau gaib
- Cenderung mengungkapkan transcendental, sufistik.
- Cenderung kembali ke tradisi lama atau warna local.
Menurut Kenkubela (dalam http://kenkubela.wordpress.com) ciri khas yang
menonjol dari karya-karya novel kontemporer, yang merupakan unsur-unsur
intrinsik yaitu:
1) Tema, mengangkat masalah keterubingan manusia dan kehidupan yang absurd
(tidak masuk akal)
2) Identitas tokoh menjadi tidak penting
3) Latar tempat dan latar waktu, dapat berlaku dimana saja
4) Alur, tidak lagi menekankan hubungan sebab akibat (kausalitas). Peristiwa
yang dihasilkan oleh lakuan dan pikiran, disajikan secara tumpang tindih.
Akibatnya peristiwa itu seolah-olah tidak jelas lagi.
1) Putu Wijaya
Contoh karya-karyanya yaitu:
• Stasiun
Novel karya Putu Wijaya ini berkisah tentang keterasingan manusia yang
merasa disisihkan oleh masyarakat. Tokoh utamanya adalah lelaki berumur,
setelah menyaksikan pemandangan kota pagi hari merasa harus berangkat. Ia
naik bemo, ia berkhayal bahwa dirinya sedang antri untuk membeli karcis,
tangannya yang terkepal menyebabkan ini ia dituduh mencopet, akhirnya ia
ditembak hingga tembus oleh seorang tentara.
Kini lelaki tua itu sudah sampai di stasiun yang sebenarnya. Kejadian antri
karcis, dimana ia dituduh mencopet dan ia ditembak polisi tadi hanyalah
lamunan/khayalan saja. Di stasiun itu, ia berjumpa dengan seorang wanita.
Mereka berbncang-bincang dengan sangat akrab seolah-olah orang sudah lama
kenal.
Tengah malam, kereta memasuki sebuah stasiun. Seorang perempuan gila masuk
ke bawah kereta. Untuk mengeluarkannya, seorang pegawai kereta menariknya
keluar. Akhirnya si pegawai itu sendiri yang harus dikeluarkan karena
dianggap berubah ingatan.
Berbawai peristiwa unik dialami lelaki tua itu. Berbagai pikiran dan
khayalan berkecamuk dalam dirinya. Orang tua itu pingsan akibat udara sesak
di dalam kereta. Penumpang ribut, lalu mereka memecahkan kaca jendela. Tepat
saat itulah lelaki tua yang pinsan itu siuman.
Karena suasana kereta yang semrawut dan gangguan pikiran, lelaki itu mual
dan ingin muntah. Ia ingin buang hajat. Maka ia berusaha menuju ke gerbong
peterusan. Tetapi sebelum mencapai gerbong itu, lelaki itu terberak di
celana. Kemudian ia menyingkir ke gang pintu kereta. Di gang itulah ia
bertemu dengan lelaki muda bernama Joni. Dan di gang itu pulalah Joni
berhasil memperkosa lelaki tua itu.
Kereta api akhirnya sampai di stasiun. Para penumpang turun. Pikiran lelaki
tua itu mengembara ke mana-mana. Akhirnya ia sering berada di warung kopi
dekat kereta api. Kebiasaan ini membuatnya lupa dengan anak dan istrinya.
Orang tua itu asyik dengan pikirannya sendiri, sementara keluarganya tidak
pernah dihiraukan lagi. Suatu ketika ia bertengkar hebat dengan istrinya,
dan akhirnya ia nekad bunuh diri di kamarnya.
Dalam keadaan terluka, ia melihat gelandangan mati di stasiun. Istri
gelandangan tidak mau suaminya dibawa ke fakultas kedokteran. Ia ingin
menguburkan suaminya secara wajar. Ternyata ia berubah pikiran. Mayat
suaminya mau dijualnya. Namun akhirnya ia menyerahkan mayat suaminya tanpa
meminta imbalan.
Setelah menyaksikan peristiwa itu, si orang tua pulang. Di rumah, ia justru
menyaksikan mayatnya sendiri yang tak mau diakuinya. Dia kembali ke stasiun.
Di kantor stasiun, ia diinterogasi. Ia dituduh mencori kopor, dan setelah
bersumpah bahwa ia tidak mencuri, ia dibebaskan. Ia kemudian membeli tiket
dan siap menunggu kereta untuk melakukan perjalanan.
• Keok
Diawali dengan sebuah kecelakaan mobil sedan yang menyerempet seorang
pemuda sampai terjerembab ke pinggir jalan. Dengan keadaan cidera
bagian lutut yang robek, meski tubuhnya tak apa-apa pemuda berdiri dengan
begitu marahnya. Kemudian menghampiri pintu mobil dan membukanya dengan
memaksa, seorang lelaki tua yang merasa dengan penuh kesalahan itu
dihajarnya. Ia menghajar mobil itu pula dan hampir saja mobil itu terbakar
kalau beberapa orang tidak memberangusnya. Polisi pun datang mengusutnya
menanyakan segala hal. Akhirnya tak ada yang salah dari kejadian itu.
Kemudian mobil sedan melanjutkan perjalan bersama istri yang duduk di
sampingnya sembari mencari bengkel dengan kaca yang pecah dan mobil yang tak
karuan. Di tengah perjalanan orang tua itu menggerutu “mengapa pemuda itu
memukul saya”. Selain itu berbagai soal lain merubung kepala orang tua itu.
Yang paling sedih adalah soal perkawinannya, yang menuntut perceraian.
Beberapa jam kemudian nafas oerang tua itu tak terhembus lagi. Kematian
menjumpai lelaki tua itu. Kesedihan melanda istrinya. Janda, gelar wanita
itu sekarang.
Janda yang hidup dengan banyak rintangan dan halangan mengujinya. Banyak
kisah yang dialami wanita tersebut. Dengan penuh rasa sedih dan penyesalan.
Janda beranak tujuh kelihatan sperti orang yang tak waras lagi. Pada suatu
malam di perempatan jalan yang sunyi, ia menanggalkan pakaiannya. Telanjang
bulat ia meneruskan langkahnya menuju daerah kota. Menghadap walikota adalah
tujuan wanita itu. Ingin protes hanya karena kematian suaminya yang tak
tertolong. Protes itu
tercapai.
Wanita itu menjadi bingung setelah beberapa orang menasihatinya,
menyindirnya, dan sebagainya. Kemudian wanita itu ingin mencabut tuntutannya
lagi. Pak Walikota pun bingung kenapa tuntutan itu harus dicabut. Di akhir
cerita wanita itu terserempet sebuah truk. Dan akhirnya meninggal
pula.
2.
Iwan Simatupang
• Merahnya Merah
Merahnya merah adalah suatu novel yang menggambarkan tokoh kita, di dalam
suatau komunitas gelandangan di sebuah kota besar. Sejarah tokoh kita
sewaktu sebelum meletusnya revolusi fisik adalah seorang laki-laki calon
rahib, dia merupakan seorang komandan, diakhir revolusi dia adalah seorang
algojo pemacung kepala kepada pengkhianat-pengkhianat yang tertangkap dan
sesudah revolusi dan sesudah revolusi dia masuk rumah sakit jiwa.
Kehadiran tokoh kita dalam komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat
perhatian para anggota gelandangan dia cukup dianggap, dihormati dan
dicintai oleh beberapa diantara penghuni dalam komunitas itu. Maria adalah
seoarang yang mempunyai perhatian terhadap tokoh kita. Masa lalu Maria
lumayan seram, bahkan dia pernah diperkosa. Marai yang dalam komunitas itu
dianggap ibu dari para ibu ini, adalah seorang wanita setengah baya. Wanita
ini sebelumnya mempunyai cita-cita menjadi seorang perawat, namun kaerna
takut sama darah cita-citanya itu dia tanam dalam-dalam. Batal menjadi
perawat, Maria menjadi pelayan sebuah restoran Katolik.
Hubungan antara tokoh Maria dengan tokoh kita benar-benar mesra sampai
akhirnya muncul Fifi, Maria yang awalnya seorang yang murah senyum menjadi
uring-uringngan dan pencemburu. Karena tokoh kita terlihat begitu akrab
dengan tokoh Fifi, yang membawa tokoh Fifi masuk ke dalam komunitas kaum
gelandangn mereka itu adalah si tokoh kita itu.
Fifi gadis berusia empat belas tahun, ia anak yatim piatu yang akhirnya
membuat dia menjadi seorang pelacur kelas teri dalam usahanya agar tetap
hidup diats dunia yang super ganas ini. Dari awal Maria sudah tidak suka
dengan kehadiran Fifi dan tidak menerima kehadiran Fifi dalam komunitas
mereka, namun karena dia terua didesak oleh tokoh kita dan dia sendiri tidak
bisa berbuat apa-apa kalau tokoh kita yang bebicara, selain mengiyakan apa
yang dikehendaki si tokoh kita karena cintanya yang demikian dalam pada si
tokoh kita. Suatu hari Fifi menghilang, para gelandangan mencari Fifi
kesegala penjuru arah, namun tetap saja gagal dan putus asa. Yang paling
merasa kecewa tiap kali pulang, yaitu Pak Centeng. Pak Centeng merasa
terhina karena gagal mencari dan menemukan fifi dia malu. Sebab selama ini
belum pernah Pak Centeng gagal menjalankan misi. Beberapa hari kemudian
giliran tokoh kita yang raib dari kelompok gelandangan itu.
Lagi-lagi Pak Centeng merasa malu dan terhina tak terhingga karena dia
gagal lagi menemukan tokoh kita. Yang paling geger adalah ketika Maria juga
tiba-tiba menghilang, dia raib seperti Fifi dan tokoh kita. Seluruh Armada
telah dikerahkan dalam mencari ketika gelandangan yang raib, tapi nihil
lagi. Saat itu pula para komunitas gelandangan kalang kabut mencari
kesegenap pelosok kota.
Lagi-lagi yang paling merasa terhina adalah Pak Centeng, sebab
bagaimanapun dia merasa martabatnya sebagai centeng yang jagoan telah rendah
dimata para centeng yang lain maupun diantara temannya sesama gelandangan.
Para polisi juga dikerahkan, sama mereka tak berhasil menemukan ketika
manusia yang raib bagaikan tertelan bumi.
Tidak lama kemudian tokoh kita muncul di perkampungan gelandangan dan
berbagai pertanyaan dilontarkan pada tokoh kita ini. Ternyata Fifi mati
dibunuh Maria, karena iri dan cemburu yang berlebihan. Sedangkan Maria masuk
biara, mencoba mengakui dosa-dosanya, pada Tuhan dan sekaligus mencoba
mengabdikan dirinya pada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan harapan segala
kesalahannya bisa simanfaatkan oleh Tuhan penguasa seluruh alam. Para
gelandangan terharu dan lega mendengar cerita dari tokoh kita ini, yang
disalahkan dalam hal ini adalah tokoh kita, kampung gelandangan aman-aman
saja.
Tapi bagi pak Centeng sebaliknya dia sangat marah pada si tokoh kita. Dia
mengangap bahwa semua ini tokoh kitalah penyebabnya. Karena sebelum tokoh
kita masuk kedalam lingkungan gelandangan ini aman-aman saja. Maria ynag
dulunya kekasih pak Centeng, namun setelah adanya tokoh kita cinta
Maria berubah menjadi mencintai tokoh kita dan meninggalkan pak Centeng.
Tapi karena marahnya sama tokoh kita sudah sedemikian besar dan tak
tertahankan Pak centeng tidak mau peduli dengan ancaman polisi. Tanpa ampun,
golok Pak Centeng diayunkan kebatang leher tokoh kita, sekali tebas, kepala
tokoh kita langsung pisah dari badannya. Karena kenekatan pak Centeng akhirnya polisi menembak kepala pak centeng.
Mereka berdua tergeletak tak bernyawa dan kedua-duanya dikuburkan dengan
upacara militer yang dihadiri pejabat tinggi negara.
Novel kontemporer muncul dilatarbelakangi oleh adanya suatu pergeseran
nilai kehidupan secara menyeluruh. Persoalan kehidupan merupakan semangat
munculnya sastra atau novel kontemporer. Demikian juga terjadi perubahan
yang besar dan mendasar yang meliputi penulisan dan pencarian bentuk-bentuk
pengucapan baru.
Novel Indonesia kontemporer adalah novel Indonesia yang bentuknya
menyimpang dari sistem penulisan fiksi di Indonesia selama ini dan yang
menggarap masalah fiksi dan batin manusia Indonesia dengan pola yang aneh
tetapi dengan suasana dan imaji yang sangat menakjubkan.
Dengan adanya makalah yang berjudul sastra kontemporer yang di sajikan oleh
kelompok 7 semoga pembaca dapat memahami isi dari makalah kami,
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan kami mengharapkan kritik
dan saran dari saudara/i.
Kayam, Umar. 2002. Jalan Menikung: (Para Priyayi 2). Pustaka Utama Grafiti.
Jakarta
Purba, Antilan. 2001. Sastra Indonesia Kontemporer. USU Press. Medan
http://goesprih.blogspot.com/2008/05/periodisasi-sastra-indonesia.html
http://mahayana-mahadewa.com/2010/09/11/angkatan-70-an-kembali-ke-tradisi/
No comments:
Post a Comment