Novel Kontemporer -->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Novel Kontemporer

| 9:12 AM WIB | 0 Views Last Updated 2024-02-12T10:14:25Z

Karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai bentuk yaitu roman, novel, novella dan cerpen Baribin (1985 : 29). Dalam arti luas, novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang lebih luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema atau permasalahan yang luas ruang lingkupnya, suasana cerita yang beragam, dan latar yang beragam pula.

Menurut Suharianto (1982 : 40), novel dapat mengungkap seluruh episode perjalanan hidup tokoh ceritanya, bahkan dapat pula menyinggung masalah-masalah yang sesungguhnya tidak begitu integral dengan masalah pokok cerita itu sendiri. Kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap saja dan kehadirannya tidak akan mengganggu atau mempengaruhi kepaduan ceritannya. Cerita mengenai masalah-masalah sampingan tersebut biasa dikenal dengan istilah digresi.

“Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu,yang melukiskan para tokoh,gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut”

“Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur,cukuppanjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif”
“sebuah Roman atau Novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu kronikpengidupan ; merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak-gerik manusia”.

 Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak Zaidin, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah menuliskan, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsure tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Tarigan (1985: 164)


a. Pengertian novel kontemporer secara sederhana adalah :

- Novel yang hidup pada masa kini atau novel yang hidup pada waktu yang sama.
- Novel yang berusaha bergerak mendahului keadaan zamannya.
b. Pengertian novel kontemporer secara luas adalah :
- Novel yang menyimpang dari semua sistem penulisan fiksi yang ada selama ini atau yang bersifat konvensional.
- Novel yang menggarap masalah fiksi dan batin dengan pola yang aneh tetapi suasana dan imaji yang sangat menakjubkan.
Berdasarkan dua pengertian novel kontemporer di atas, maka novel Indonesia kontemporer adalah novel Indonesia yang bentuknya menyimpang dari sistem penulisan fiksi di Indonesia selama ini dan yang menggarap masalah fiksi dan batin manusia Indonesia dengan pola yang aneh tetapi dengan suasana dan imaji yang sangat menakjubkan.

Latar belakang munculnya novel kontemporer

Novel kontemporer muncul dilatarbelakangi oleh adanya suatu pergeseran nilai kehidupan secara menyeluruh. Persoalan kehidupan merupakan semangat munculnya sastra atau novel kontemporer. Demikian juga terjadi perubahan yang besar dan mendasar yang meliputi penulisan dan pencarian bentuk-bentuk pengucapan baru.

Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berfikir dan bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah angkatan ’45 dengan nama angkatan ’80. Perbedaan esensial antara kedua versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan, yaitu:

1. keduanya tidak mengakui adanya angkatan ’66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin
2. keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ‘45
3. keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan Sastra Indonesia Modern sesudah angkatan ‘45

Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun drama semakin tidak jelas. Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang sudah berani membuat cerpen dengan panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat seperti bentuk sajak. Dalam bidang drama mereka mulia menulis dan mempertunjukkan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan dalam bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro.

Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang, antara lain; wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya. Para sastrawan tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan berusahan untuk menjadikannya sebagai titik tolak dalam menghsilkan karya sastra modern.

Konsepsi improvisasi dalam karya sastra dipahami oleh Putu Wijaya. Ia mengatakan bahwa sebuah novel hanyalah cerita pendek yang disambung, sehingga yang penting muncul di dalam penulisan suatu karya sastra adalah faktor ketiba-tibaan. Sebuah novel ditulis didalam dadakan-dadakan karena pada saat menulis beragai ide yang datang dimasukkan ke dalam ide pokok. Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan uncur improvisasi.

Ciri-ciri novel kontemporer

Untuk novel kontemporer yang dapat diwakili oleh karya Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Kuntowijoyo, dan Budi Darma, memperlihatkan adanya kesamaan tema yang mengangkat masalah keterasingan manusia modern dan kehidupan yang absurd. Identitas tokoh menjadi tidak penting yang ditandai dengan penamaan Tokoh Kita (dalam novel-novel Iwan Simatupang) atau cukup disebutkan lelaki setengah baya, penjaga kuburan, buruh pabrik, walikota, pensiunan dan beberapa nama jabatan atau status sosial yang bisa berlaku untuk siapa saja. Latar tempat dan latar waktu juga tidak mengacu pada tempat dan waktu tertentu, sehingga dapat berlaku di mana dan kapan saja. Alur yang dalam novel konvensional selalu harus didasari pada rangkaian peristiwa yang mempunyai pertalian hubungan sebab-akibat (kausalitas), dalam novel-novel tahun 1970-an itu tidak lagi berlaku. Segala peristiwa bisa tumpang-tindih tak ada hubungan sebab-akibatnya (kausalitas). Peristiwa yang dihasilkan lakuan dan pikiran disajikan seketika secara serempak, seolah-olah peristiwa itu datang saling menyergap. Akibatnya, peristiwa itu seperti tidak jelas lagi juntrungannya. Model novel-novel yang seperti inilah yang kemudian disebut sebagai novel arus kesadaran (stream of conciousness), sebuah aliran dalam sastra (terutama prosa) yang menekankan cerita melalui pikiran, perasaan, dan alam bawah sadar tokoh-tokohnya.
Menurut Purba (2001) novel Indonesia kontemporer berciri sebagai berikut :
- Antitokoh
- Antialur
- Bersuasana misteri atau gaib
- Cenderung mengungkapkan transcendental, sufistik.
- Cenderung kembali ke tradisi lama atau warna local.

Menurut Kenkubela (dalam http://kenkubela.wordpress.com) ciri khas yang menonjol dari karya-karya novel kontemporer, yang merupakan unsur-unsur intrinsik yaitu:
1) Tema, mengangkat masalah keterubingan manusia dan kehidupan yang absurd (tidak masuk akal)
2) Identitas tokoh menjadi tidak penting
3) Latar tempat dan latar waktu, dapat berlaku dimana saja
4) Alur, tidak lagi menekankan hubungan sebab akibat (kausalitas). Peristiwa yang dihasilkan oleh lakuan dan pikiran, disajikan secara tumpang tindih. Akibatnya peristiwa itu seolah-olah tidak jelas lagi.

Tokoh-tokoh novel kontemporer beserta karyanya


1)     Putu Wijaya
Contoh karya-karyanya yaitu:
• Stasiun
Novel karya Putu Wijaya ini berkisah tentang keterasingan manusia yang merasa disisihkan oleh masyarakat. Tokoh utamanya adalah lelaki berumur, setelah menyaksikan pemandangan kota pagi hari merasa harus berangkat. Ia naik bemo, ia berkhayal bahwa dirinya sedang antri untuk membeli karcis, tangannya yang terkepal menyebabkan ini ia dituduh mencopet, akhirnya ia ditembak hingga tembus oleh seorang tentara.

Kini lelaki tua itu sudah sampai di stasiun yang sebenarnya. Kejadian antri karcis, dimana ia dituduh mencopet dan ia ditembak polisi tadi hanyalah lamunan/khayalan saja. Di stasiun itu, ia berjumpa dengan seorang wanita. Mereka berbncang-bincang dengan sangat akrab seolah-olah orang sudah lama kenal.

Tengah malam, kereta memasuki sebuah stasiun. Seorang perempuan gila masuk ke bawah kereta. Untuk mengeluarkannya, seorang pegawai kereta menariknya keluar. Akhirnya si pegawai itu sendiri yang harus dikeluarkan karena dianggap berubah ingatan.

Berbawai peristiwa unik dialami lelaki tua itu. Berbagai pikiran dan khayalan berkecamuk dalam dirinya. Orang tua itu pingsan akibat udara sesak di dalam kereta. Penumpang ribut, lalu mereka memecahkan kaca jendela. Tepat saat itulah lelaki tua yang pinsan itu siuman.

Karena suasana kereta yang semrawut dan gangguan pikiran, lelaki itu mual dan ingin muntah. Ia ingin buang hajat. Maka ia berusaha menuju ke gerbong peterusan. Tetapi sebelum mencapai gerbong itu, lelaki itu terberak di celana. Kemudian ia menyingkir ke gang pintu kereta. Di gang itulah ia bertemu dengan lelaki muda bernama Joni. Dan di gang itu pulalah Joni berhasil memperkosa lelaki tua itu.      
Kereta api akhirnya sampai di stasiun. Para penumpang turun. Pikiran lelaki tua itu mengembara ke mana-mana. Akhirnya ia sering berada di warung kopi dekat kereta api. Kebiasaan ini membuatnya lupa dengan anak dan istrinya. Orang tua itu asyik dengan pikirannya sendiri, sementara keluarganya tidak pernah dihiraukan lagi. Suatu ketika ia bertengkar hebat dengan istrinya, dan akhirnya ia nekad bunuh diri di kamarnya.
Dalam keadaan terluka, ia melihat gelandangan mati di stasiun. Istri gelandangan tidak mau suaminya dibawa ke fakultas kedokteran. Ia ingin menguburkan suaminya secara wajar. Ternyata ia berubah pikiran. Mayat suaminya mau dijualnya. Namun akhirnya ia menyerahkan mayat suaminya tanpa meminta imbalan.
Setelah menyaksikan peristiwa itu, si orang tua pulang. Di rumah, ia justru menyaksikan mayatnya sendiri yang tak mau diakuinya. Dia kembali ke stasiun. Di kantor stasiun, ia diinterogasi. Ia dituduh mencori kopor, dan setelah bersumpah bahwa ia tidak mencuri, ia dibebaskan. Ia kemudian membeli tiket dan siap menunggu kereta untuk melakukan perjalanan.

• Keok
Diawali dengan sebuah kecelakaan mobil sedan yang menyerempet seorang pemuda sampai terjerembab ke pinggir jalan. Dengan keadaan cidera bagian lutut yang robek, meski tubuhnya tak apa-apa pemuda berdiri dengan begitu marahnya. Kemudian menghampiri pintu mobil dan membukanya dengan memaksa, seorang lelaki tua yang merasa dengan penuh kesalahan itu dihajarnya. Ia menghajar mobil itu pula dan hampir saja mobil itu terbakar kalau beberapa orang tidak memberangusnya. Polisi pun datang mengusutnya menanyakan segala hal. Akhirnya tak ada yang salah dari kejadian itu.
           
Kemudian mobil sedan melanjutkan perjalan bersama istri yang duduk di sampingnya sembari mencari bengkel dengan kaca yang pecah dan mobil yang tak karuan. Di tengah perjalanan orang tua itu menggerutu “mengapa pemuda itu memukul saya”. Selain itu berbagai soal lain merubung kepala orang tua itu. Yang paling sedih adalah soal perkawinannya, yang menuntut perceraian. Beberapa jam kemudian nafas oerang tua itu tak terhembus lagi. Kematian menjumpai lelaki tua itu. Kesedihan melanda istrinya. Janda, gelar wanita itu sekarang.           

Janda yang hidup dengan banyak rintangan dan halangan mengujinya. Banyak kisah yang dialami wanita tersebut. Dengan penuh rasa sedih dan penyesalan. Janda beranak tujuh kelihatan sperti orang yang tak waras lagi. Pada suatu malam di perempatan jalan yang sunyi, ia menanggalkan pakaiannya. Telanjang bulat ia meneruskan langkahnya menuju daerah kota. Menghadap walikota adalah tujuan wanita itu. Ingin protes hanya karena kematian suaminya yang tak tertolong. Protes itu tercapai.            

Wanita itu menjadi bingung setelah beberapa orang menasihatinya, menyindirnya, dan sebagainya. Kemudian wanita itu ingin mencabut tuntutannya lagi. Pak Walikota pun bingung kenapa tuntutan itu harus dicabut. Di akhir cerita wanita itu terserempet sebuah truk. Dan akhirnya meninggal pula. 


2.      Iwan Simatupang
• Merahnya Merah
Merahnya merah adalah suatu novel yang menggambarkan tokoh kita, di dalam suatau komunitas gelandangan di sebuah kota besar. Sejarah tokoh kita sewaktu sebelum meletusnya revolusi fisik adalah seorang laki-laki calon rahib, dia merupakan seorang komandan, diakhir revolusi dia adalah seorang algojo pemacung kepala kepada pengkhianat-pengkhianat yang tertangkap dan sesudah revolusi dan sesudah revolusi dia masuk rumah sakit jiwa.
Kehadiran tokoh kita dalam komunitas kaum gelandangan itu cukup mendapat perhatian para anggota gelandangan dia cukup dianggap, dihormati dan dicintai oleh beberapa diantara penghuni dalam komunitas itu. Maria adalah seoarang yang mempunyai perhatian terhadap tokoh kita. Masa lalu Maria lumayan seram, bahkan dia pernah diperkosa. Marai yang dalam komunitas itu dianggap ibu dari para ibu ini, adalah seorang wanita setengah baya. Wanita ini sebelumnya mempunyai cita-cita menjadi seorang perawat, namun kaerna takut sama darah cita-citanya itu dia tanam dalam-dalam. Batal menjadi perawat, Maria menjadi pelayan sebuah restoran Katolik.

Hubungan antara tokoh Maria dengan tokoh kita benar-benar mesra sampai akhirnya muncul Fifi, Maria yang awalnya seorang yang murah senyum menjadi uring-uringngan dan pencemburu. Karena tokoh kita terlihat begitu akrab dengan tokoh Fifi, yang membawa tokoh Fifi masuk ke dalam komunitas kaum gelandangn mereka itu adalah si tokoh kita itu.

Fifi gadis berusia empat belas tahun, ia anak yatim piatu yang akhirnya membuat dia menjadi seorang pelacur kelas teri dalam usahanya agar tetap hidup diats dunia yang super ganas ini. Dari awal Maria sudah tidak suka dengan kehadiran Fifi dan tidak menerima kehadiran Fifi dalam komunitas mereka, namun karena dia terua didesak oleh tokoh kita dan dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa kalau tokoh kita yang bebicara, selain mengiyakan apa yang dikehendaki si tokoh kita karena cintanya yang demikian dalam pada si tokoh kita. Suatu hari Fifi menghilang, para gelandangan mencari Fifi kesegala penjuru arah, namun tetap saja gagal dan putus asa. Yang paling merasa kecewa tiap kali pulang, yaitu Pak Centeng. Pak Centeng merasa terhina karena gagal mencari dan menemukan fifi dia malu. Sebab selama ini belum pernah Pak Centeng gagal menjalankan misi. Beberapa hari kemudian giliran tokoh kita yang raib dari kelompok gelandangan itu.

Lagi-lagi Pak Centeng merasa malu dan terhina tak terhingga karena dia gagal lagi menemukan tokoh kita. Yang paling geger adalah ketika Maria juga tiba-tiba menghilang, dia raib seperti Fifi dan tokoh kita. Seluruh Armada telah dikerahkan dalam mencari ketika gelandangan yang raib, tapi nihil lagi. Saat itu pula para komunitas gelandangan kalang kabut mencari kesegenap pelosok kota.

 Lagi-lagi yang paling merasa terhina adalah Pak Centeng, sebab bagaimanapun dia merasa martabatnya sebagai centeng yang jagoan telah rendah dimata para centeng yang lain maupun diantara temannya sesama gelandangan. Para polisi juga dikerahkan, sama mereka tak berhasil menemukan ketika manusia yang raib bagaikan tertelan bumi.

 Tidak lama kemudian tokoh kita muncul di perkampungan gelandangan dan berbagai pertanyaan dilontarkan pada tokoh kita ini. Ternyata Fifi mati dibunuh Maria, karena iri dan cemburu yang berlebihan. Sedangkan Maria masuk biara, mencoba mengakui dosa-dosanya, pada Tuhan dan sekaligus mencoba mengabdikan dirinya pada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan harapan segala kesalahannya bisa simanfaatkan oleh Tuhan penguasa seluruh alam. Para gelandangan terharu dan lega mendengar cerita dari tokoh kita ini, yang disalahkan dalam hal ini adalah tokoh kita, kampung gelandangan aman-aman saja.

 Tapi bagi pak Centeng sebaliknya dia sangat marah pada si tokoh kita. Dia mengangap bahwa semua ini tokoh kitalah penyebabnya. Karena sebelum tokoh kita masuk kedalam lingkungan gelandangan ini aman-aman saja. Maria ynag dulunya  kekasih pak Centeng, namun setelah adanya tokoh kita cinta Maria berubah menjadi mencintai tokoh kita dan meninggalkan pak Centeng.

Tapi karena marahnya sama tokoh kita sudah sedemikian besar dan tak tertahankan Pak centeng tidak mau peduli dengan ancaman polisi. Tanpa ampun, golok Pak Centeng diayunkan kebatang leher tokoh kita, sekali tebas, kepala tokoh kita langsung pisah dari badannya. Karena kenekatan pak Centeng akhirnya polisi menembak kepala pak centeng. Mereka berdua tergeletak tak bernyawa dan kedua-duanya dikuburkan dengan upacara militer yang dihadiri pejabat tinggi negara.

Kesimpulan

Novel kontemporer muncul dilatarbelakangi oleh adanya suatu pergeseran nilai kehidupan secara menyeluruh. Persoalan kehidupan merupakan semangat munculnya sastra atau novel kontemporer. Demikian juga terjadi perubahan yang besar dan mendasar yang meliputi penulisan dan pencarian bentuk-bentuk pengucapan baru.
Novel Indonesia kontemporer adalah novel Indonesia yang bentuknya menyimpang dari sistem penulisan fiksi di Indonesia selama ini dan yang menggarap masalah fiksi dan batin manusia Indonesia dengan pola yang aneh tetapi dengan suasana dan imaji yang sangat menakjubkan.

Saran

Dengan adanya makalah yang berjudul sastra kontemporer yang di sajikan oleh kelompok 7  semoga pembaca dapat memahami isi dari makalah kami, sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan kami mengharapkan kritik dan saran dari saudara/i.

DAFTAR PUSTAKA


Kayam, Umar. 2002. Jalan Menikung: (Para Priyayi 2). Pustaka Utama Grafiti. Jakarta
Purba, Antilan. 2001. Sastra Indonesia Kontemporer. USU Press. Medan
http://goesprih.blogspot.com/2008/05/periodisasi-sastra-indonesia.html

http://mahayana-mahadewa.com/2010/09/11/angkatan-70-an-kembali-ke-tradisi/

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update