Tentara Israel pada Senin (4/12/2023) mulai mengirim puluhan tank ke Gaza
selatan sebagai bagian dari perluasan tindakan terhadap Hamas meskipun ada
kekhawatiran global atas meningkatnya kematian warga sipil.
Beberapa minggu setelah Israel mengerahkan pasukan darat di bagian utara
Jalur Gaza, tentara Israel telah menyebarkan selebaran di bagian selatan,
yang meminta warga Palestina untuk melarikan diri ke daerah lain.
Adapun Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan
atas serangan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober yang menewaskan
sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan diculiknya 240 orang
sebagai sandera.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan
hampir 15.900 orang telah tewas di wilayah tersebut, sekitar 70% di
antaranya adalah wanita dan anak-anak, selama pemboman udara, artileri, dan
angkatan laut Israel yang tiada henti bersamaan dengan operasi daratnya.
Jumlah korban tersebut telah memicu kekhawatiran global dan demonstrasi
massal.
The Elders, sekelompok pemimpin global, menuduh Israel melakukan tindakan
yang "tidak proporsional" dan meminta pemerintah yang memberikan bantuan
militer kepada Israel untuk memikirkan kembali pendekatan mereka.
Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembalasan
Israel "telah mencapai tingkat ketidakmanusiawian terhadap warga Palestina
di Gaza yang tidak dapat ditoleransi".
"Lebih banyak pembunuhan bukanlah jawabannya. Negosiasi adalah cara untuk
mengakhiri konflik ini," kata mereka, dilansir AFP, Selasa
(5/12/2023).
Tank, pengangkut personel lapis baja, dan buldoser terlihat pada Senin di
dekat kota Khan Yunis di Gaza selatan, yang dipenuhi pengungsi
Palestina.
Sementara itu, di pintu masuk rumah sakit Nasser di kota yang ramai,
ambulans dan mobil pribadi mengantarkan para korban yang dalam keadaan
linglung, berlumuran darah, dan tertutup debu.
Berharap untuk melarikan diri dari pengeboman, yang lain terus bergerak
lebih jauh ke selatan. Namun, serangan udara terus mengikuti mereka hingga
ke perbatasan selatan.
"Masyarakat meminta saran mengenai di mana mencari keselamatan," tutur
Thomas White, direktur Gaza untuk PBB untuk badan pengungsi Palestina,
UNRWA. "Tidak ada yang perlu kami sampaikan kepada mereka."
Kesaksian Warga
Amin Abu Hawli (59) mengatakan kendaraan Israel berada dua kilometer di
dalam Gaza di desa Al-Qarara, sementara Moaz Mohammed (34) mengatakan tank
Israel bergerak di jalan raya utama utara-selatan di jalur tersebut.
Militer berusaha memotong jalan antara Deir al-Balah di Gaza tengah dan
Khan Yunis, "menembakkan peluru dan tank ke arah mobil dan orang-orang yang
mencoba melewati daerah tersebut," kata Mohammed.
Tentara mengatakan mereka mengambil tindakan "agresif" terhadap "Hamas dan
organisasi teroris lainnya" di Khan Yunis, dan memperingatkan bahwa jalan
utama di utara dan timur kota "merupakan medan perang".
Walaa Abu Libda menemukan tempat berlindung di rumah sakit Al-Aqsa Deir
al-Balah tetapi mengatakan putrinya yang berusia empat tahun masih terjebak
di bawah reruntuhan.
"Saya tidak tahu apakah dia hidup atau mati," kata Libda, salah satu dari
sekitar 1,8 juta orang yang mengungsi di Gaza - sekitar tiga perempat dari
populasi.
"Seperti Gempa Bumi"
Di kota Rafah di Gaza selatan, Abu Jahar al-Hajj mengatakan serangan udara
di dekat rumahnya terasa "seperti gempa bumi".
"Potongan beton mulai menimpa kami," katanya.
Presiden Komite Internasional Palang Merah Mirjana Spoljaric, yang
mengunjungi Gaza, menggambarkan penderitaan yang dialaminya sebagai hal yang
"tidak dapat ditoleransi".
Kondisi makin memburuk pada hari Senin dengan semua layanan seluler dan
telepon di seluruh Gaza terputus "karena terputusnya rute serat utama dari
pihak Israel," kata perusahaan Paltel.
Warga Gaza sudah kekurangan makanan, air, dan kebutuhan penting lainnya
termasuk bahan bakar.
Sekutu Israel, Amerika Serikat, telah meminta Israel untuk membiarkan lebih
banyak bahan bakar masuk.
Seruan Evakuasi
AS mengintensifkan seruan untuk melindungi warga sipil Gaza, dan juru
bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller menyuarakan pujian atas
tindakan Israel ketika kampanye mereka meluas di wilayah selatan.
"Kami telah melihat permintaan evakuasi yang lebih tepat sasaran
dibandingkan kampanye sebelumnya di wilayah utara," katanya. "Jadi ini
merupakan perbaikan dari apa yang terjadi sebelumnya."
Israel mengatakan bahwa mereka tidak berusaha memaksa warga sipil Palestina
untuk meninggalkan rumah mereka secara permanen.
"Kami telah meminta warga sipil untuk mengevakuasi medan perang dan kami
telah menyediakan zona kemanusiaan di dalam Jalur Gaza," kata juru bicara
militer Jonathan Conricus, merujuk pada wilayah pesisir kecil di wilayah
tersebut yang bernama Al-Mawasi.
Adapun setiap usulan mengenai pembubaran warga Palestina sangat
kontroversial di dunia Arab karena perang yang berujung pada berdirinya
negara Israel 75 tahun lalu telah memicu eksodus atau pengungsian paksa
760.000 warga Palestina.
Kekacauan Meningkat
Di PBB pada Senin, perwakilan Israel dan Palestina saling bertukar tuduhan
"genosida" atas perang tersebut, dan kedua belah pihak menuntut tanggapan
internasional.
Sementara itu, karena kekhawatiran akan terjadinya kekacauan regional yang
lebih luas, tentara Israel mengatakan mereka telah melancarkan serangan
artileri sebagai tanggapan terhadap tembakan lintas batas dari Lebanon dan
jet tempurnya mengenai sasaran yang terkait dengan kelompok militan
Hizbullah Lebanon yang didukung Iran.
Tepi Barat yang diduduki Israel juga mengalami peningkatan kekerasan,
dengan lebih dari 250 warga Palestina tewas di sana sejak perang
dimulai.
Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina mengatakan pada Senin bahwa dua
orang lagi ditembak mati dalam serangan Israel di kota Qalqilya, dan orang
ketiga di kamp pengungsi Qalandia, sementara dua orang tewas di dekat
Hebron.
Copas dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231205053419-4-494510/fakta-baru-gaza-israel-ke-selatan-tak-ada-lagi-tempat-aman
No comments:
Post a Comment