Destination brand
Destination brand didefinisikan sebagai identitas, lambang, merek
dan sebagainya yang dimiliki oleh objek wisata tertentu sebagai pembeda dari
objek wisata yang lain atau juga dapat dipahami sebagai keunggulan objek
wisata guna untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kunjungan
wisatawan, Johnson et al.(2017). Destination brand ini perlu untuk diperhatikan,
diimplementasikan dan dipertahankan oleh pelaku wisata bahari agar memiliki
sisi keunggulan bersaingan. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan inovasi produk dan meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini
sesuai dengan rekomendasi dari, Amelung et al.
(2016) bahwa hal tersebut penting untuk diperhatikan sekaligus
diimplementasikan bahwa dipertahankan oleh pihak manajemen wisata bahari
agar objek wisata yang telah dikembangkan memilik keunggulan bersaing.
Anholt dalam Morrison
(2019) menyatakan
bahwa destination brand adalah sebuah strategi pemasaaran yang digunakan untuk menciptakan persepsi
dan citra destinasi yang baik. Berbagai destinasi tentunya semakin bersaing
dalam menampilkan citra yang baik untuk menarik perhatian wisatawan. Oleh
sebab itu, destination branding digunakan untuk membangun destination image
yang positif dengan menentukan positioning dari destination branding yang
hendak dirancang, sehingga destinasi tersebut berbeda dari destinasi lainnya
dengan
destination brand personality
tersendiri.
Destination Brand akan merubah persepsi turis dari negatif menjadi
positif. Untuk itu para marketing daerah perlu melakukan
strategy mapping
mengenai potensi daerah yang siap dikembangkan dan strategi apa yang bisa
dikembangkan dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut terdapat
5 tahapan untuk melakukan destination brand dalam merubah
image sebuah
daerah. Morgan and Pritchard,(2002) : dalam Lina Mustikawati,
(2013)
1.
Market investigation, analysis and strategic recommendations.
2. Brand Identitiy Development.
3. Brand Launch and Introduction.
4. Brand Implementation.
5.
Monitoring, evaluation and review.
Selain itu
destination brand
juga di defenisikan sebagai nama,
symbol,
logo, work mark atau gambaran
lainnya yang dapat mengidentifikasikan dan membedakan sebuah destinasi;
selebihnya, menjanjikan sebuah pengalaman wisata yang dapat diingat karena
keunikan yang dimilki oleh sebuah destinasi; yang juga berfungsi dalam
memperkuat ingatan, kenangan yang mengesankan dari sebuah pengalaman
destinasi
Konsep brand dalam pariwisata adalah
destination brand.
Menurut Kavaratzis,
destination brand merupakan salah
satu trend dari mem-branding suatu tempat dengan menjadikan suatu kota sebagai
destinasi atau kota tujuan wisata dari masyarakat lokal maupun nasional, hingga
internasional, memungkinkan sebuah kota untuk mengelola potensi pariwisata
yang dimiliki daerahnya sebagai identitas dan karakteristik yang unik bagi
kota tersebut. Melalui
destination brand, membantu
wisatawan membedakan satu destinasi dengan destinasi lainnya. Selain itu,
dibandingkan dengan destinasi serupa lainnya, dapat memberikan nilai lebih
pada sebuah destinasi. Destinasi brand yang baik pasti akan menimbulkan
ekspektasi bagi wisatawan aktual maupun potensial untuk mendapatkan pengalaman
yang menyenangkan. Dalam proses membangun brand yang kuat, diperlukan strategi
untuk mencapai tujuan dengan sempurna. Dapat dikatakan bahwa destination
branding adalah strategi yang dimulai dari tujuan (kota, negara atau wilayah),
membangun posisi yang kuat di benak pasar sasaran, seperti halnya memposisikan
suatu produk, membuat tujuan dikenal di seluruh dunia.
(Blain, 2005:329)
dalam Hereyah, 2019) mennyebutkan bahwa, definisi
destination branding merupakan seperangkat kegiatan pemasaran yang :
a) mendukung terciptanya nama, simbol, logo, atau gambar yang
dapat mengidentifikasikan dan membedakan suatu daerah tujuan wisata dengan
daerah tujuan wisata lainnya.
b) secara konsisten menyampaikan harapan pengalaman perjalanan
yang tak terlupakan dan secara unik terkait dengan daerah tujuan wisata
c) berfungsi untuk menghubungkan dan mempererat hubungan emosional
antara wisatawan dengan destinasi wisata
d) mengurangi biaya dan resiko pencarian informasi konsumen.
Strategi Destination Brand
Kertajaya
(2005) dalam Annisa (2023:55) menyatakan ada tiga strategi dasar untuk menentukan brand sebuah destinasi
pariwisata. Yaitu sebagai berikut:
1)
Positioning
Positioning dalam hal ini adalah
ide yang akan ditanamkan kedalam benak publik ataupun calon pengunjung. Untuk
memastikan positioning, pemasar destinasi wisata harus lebih kompetitif dalam
memastikan nilai penjualan, agar produk yang ditawarkan lebih bernilai
dibandingkan product dari kompetitor.
Contoh yang sangat populer yaitu Bali. Sebagai tempat wisata yang dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Pura dan filosofi religi masyarakat Bali, destinasi ini sudah mandarah daging di benak masyarakat local maupun internasional
2)
Differentiation/diferensiansi
Tanpa positioning yang sesuai, penentuan diferensiasi juga tidak mudah
dicapai. Diferensiasi product tempat wisata dapat tercermin lewat aspek 3A,
ialah atraksi, aksesibilitas, serta amenitas atau kenyamanan. Walaupun atraksi
yang diberikan terlihat sama dengan pesaing, namun terkadang fasilitas yang
ditawarkan bisa berbeda. Kalau positioning ingin ditanamkan pada benak public,
maka diferensiasi dapat dijelaskan sebagai suatu hal berbeda (dapat
berwujud).
3)
Brand
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
Brand menjelaskan mengenai cara
destinasi wisata dapat menangani citra dan reputasinya melalui cara memenuhi
janji (kepercayaan) mereka kepada wisatawan. Salah satu elemen kunci dari
destination marketing adalah
destination brand. Giannopoulus et
al. (2008)
dalam Safira (2021:15)
setuju bahwa konsep
destination brand melibatkan dua
tahap. Tahap pertama adalah
destination brand development atau
pengemembangan merek destinasi, sedangkan tahap kedua adalah
maintenance of destination brand over time
atau pemeliharaan merek destinasi dari waktu ke waktu. Untuk lebih lanjut, (Hankinson
2004 dalam Izharuddin
2016:134)
mencatat bahwa destination brand terbentuk dari empat elemen kunci, yaitu:
a)
relationships with visitors
(hubungan dengan pengunjung)
b)
primary service relationships (hubungan layanan utama)
c)
media
relationships (hubungan
media)
d)
brand infrastructure relationships
(hubungan infrastruktur merek).
Selain itu, Morgan & Pritchard dalam Utami,
(2017) mengusulkan lima
tahapan dalam mencapai
destination brand untuk mengubah
citra sebuah wilayah, yaitu seperti berikut ini :
1) Market investigation, analysis and strategic recommendations
Langkah ini adalah tahapan pertama yaitu melakukan penelitian, mengembangkan
strategi yang tepat untuk mengembangkan destinasi untuk mengembangkan pemetaan
kemungkinan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi sebuah aktivitas market
investigation, analysis and strategic recommendation yaitu menemukan dan
mengembangkan berbagai langkah dan strategi apa saja yang dapat dilakukan
serta dapat dikembangkan sebuah destinasi.
2)
Brand identity Development
Setelah melaksanakan tahap investigasi, langkah berikutnya yaitu brand
identity development. Brand identity yang seperti apa yng akan diciptakan pada
tempat tersebut. Dalsm hal ini harus diperjelas visi, misi dan tujuan
dibentuknya suatu tempat, sehingga kedepannya image yang terbentuk merupakan
hasil identitas yang dimiliki oleh destinasi. Prosedur dan usaha yng dapat
dilakukan yaitu dengan menjalankan sebuah penelitian, atau bisa juga melihat
kemungkinan potensi utama yang dmiliki dari tempat tersebut.
Dalam hal ini, panduan gaya dari design brand perlu memastikan pesan dan
metode yang konsisten untuk meningkatkan nilai merk. Visi yang dibagikan perlu
secara konsisten ditanamkan dengan jelas dalam nilai – nilai inti merek lalu
diperkuat melalui produk (brand)
dan semua bentuk komunikasi pemasaran. Agar dapat berhasil dalam menciptakan
keterikatan emosional destination branding harus:
Kredibel, Mudah dikomunikasikan,
Membedakan atau berbeda dengan brand lainnya, harus mampu menyampaikan ide –
ide yang kuat, efektif bagi para pemangku kepentingan dan stakeholders, serta
berempati dengan pelanggan.
3) Brand Launch and introduction : Communicating the vision.
Tahap berikutnya sesudah membuat tagline atau simbol, yaitu memperkenalkan
merk. (Morgan &
Pritchard Utami, 2017) berpendapat
bahwa brand launch bisa dilaksanakan melalui berbagai macam media seperti : 1)
Advertising, 2)
Direct Marketing, 3)
Personal Selling, 4)
website, 5)
Brochures, 6)
Event Organizer, 7)
Film makers, 8)
Destination Marketing Organizations (DMOs) serta 9) Journalist. Tahap ini
menjadi proses dalam
memperkenalkan merek melalui beragam platform media yang ada.
Dalam memperkenalkan product
(brand) suatu tempat tidaklah sama
dengn memperkenalkan product
(brand) lain, harus dilakukan
tahapan atau prosedur yang sesuai untuk menghindari terjadinya persepesi atau
citra yang negatif di benak masyarakat saat pengenalan destinasi wisata.
Promosi destinasi wisata harus dapat membuat masyarakat tertarik untuk
berkunjung. Oleh karna itu, sebagai calon wisatawan, persepsi masyarakat
terhadap merek harus unik dan khas.
4)
Brand Implementation
Morgan & Pritchard dalam Utami,
(2017) mengungkapkan
tahap selanjutnya menjelaskan bahwa
brand implementation adalah upaya
untuk memastikan implementasi brand sudah mengintegrasikan semua pihak yang
terlibat dalam branding agar menciptakan target destination branding yang
sukses.
Brand adalah sebuah janji. Semua pihak-puhak yang terlibay dimulai dari
Pemerintah, pihak Hotel, biro perjalanan, pedagang, juga masyarakat setempat
harus bekerja keras untuk mewujudkan janji yang telah dibuat. Sehingga
pengunjung yang datang akan merasa nyaman dan trkesan dengan tempat wisata
tersebut. Beberapa problem yang biasanya terjadi adalah ketika tempat wisata
sudah sangat cantik akan tetapi tidak didukung dengan kebersihan tempat umum
seperti, Toilet umum, Tempat 21 ibadah, serta menimbulkan pungli (pungutan
liar) yang pada akhirnya meresahkan wisatawan
5)
Monitoring, Evaluating and review
Tahapan terakhir ini merupakan upaya untuk memonitoring apakah terdapat
penyimpangan,kekurangan dan sebagainya dari apa yang telah dilakukan. Fase ini
dipaparkan oleh Morgan & Pritchard (dalam Murfianti, 2010) sebagai upaya
untuk memantau jika terdapat penyimpangan, kekurangan atau sebagainya. Hasil
monitoring tersebut lalu dievaluasi dan di review untuk perbaikn di masa
mendatang
Indikator Destination Brand
Menurut Prayini, (2013) Destination brand diukur melalui
tujuh indikator
yaitu
a)
image yang
merupakan persepsi wisatawan terhadap objek wisata;
b)
recognition berupa
tindakan pelaku wisata bahar dalam memperkenalkan objek wisata;
c)
differentiation yaitu ciri khas yang dimiliki objek wisata;
d)
brand messages yang
dipandang sebagai pesan yang disampaikan oleh pelaku wisata bahari terkait
objek wisata
e)
consistency ialah
kebenaran dari pesan yang disampaikan pelaku wisata bahari tentang objek
wisata
f)
emotional response
ialah tindakan pelaku wisata bahari dalam memicu emosional wisatawan
g)
expectation ialah
kesesuaian antara pesan yang disampaikan oleh pelaku wisata bahari dengan
realita yang dialami oleh wisatawan.
(kaplanidou
2003 dalam Safira (2021)
menjelaskan bahwa branding bukan hanya sekedar merek, melainkan kombinasi dari
enam unsur untuk menciptakan konsep brand yang diinginkan. Unsur-unsur
tersebut terdiri dari :
a)
Brand identity:
Konsep identitas adalah seperangkat strategi yang direalisasikan dalam bentuk
kumpulan yang mewakili prouct atau layanan tersebut. Identitas merek dapat
mencerminkan product dan layanan yang ditawarkn pada destinasi tersebut.
b)
Brand essence/brand soul
: Gambaran brand essence adalah
mampu mengekspresikan unsur-unsur sensibilitas dan nilai-nilai merek.
c)
Brand character:
Gambaran karakter merek menunjukkan hubungan antara pengalaman perjalanan
wisata para wisatawan dengan terciptanya
brand character.
d)
Brand personality:
adalah sekelompok personality brand yang karakteristiknya sama dengan keadaan
emosional yg dimiliki manusia.
e)
Brand culture:
menunjukkan bahwa culture (budaya)
pada merek adalah seperangkat sistem nilai yang saling berkaitan satu sama
lain untuk membantu menggambarkan
culture daerah tersebut.
f)
Brand image: ini
adalah elemen kunci yang membentuk jati diri merek yang mudah dikenalii,
akhirnya menjadikan pelanggan dapat mengevaluasi merk tersebut.
Jadi kesimpulannya, destination brand merupakan usaha destinasi untuk membentuk identitas yang kompetitif, melalui cara menciptakan nama baik destinasi yang dapat dipercaya di pasaran.
No comments:
Post a Comment