Dua ledakan mengguncang Iran, Rabu waktu setempat. Hal ini terjadi saat
upacara peringatan kematian Jenderal Qassem Solemaini, yang terbunuh 2020
lalu karena serangan drone Amerika Serikat (AS) saat Donald Trump menjadi
presiden.
Setidaknya dalam update terbaru Kamis (4/1/2024), 103 orang tewas
sementara 211 luka-luka. Ledakan pertama dan kedua berjarak 20 menit di
lokasi yang hampir sama, di mana warga ramai berkumpul, di kota Kerman,
tenggara Iran, tempat Soleimani dimakamkan.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor
berita negara IRNA bahwa dua alat peledak ditanam di
sepanjang jalan menuju pemakaman. Namun bom tersebut diledakkan dari jarak
jauh.
Video yang disiarkan oleh media pemerintah Iran menunjukkan puluhan mayat
berlumuran darah berserakan. Beberapa orang berusaha membantu para
peyintas dan yang lainnya bergegas meninggalkan lokasi ledakan.
"Saya mendengar suara yang sangat keras dan kemudian merasakan sakit di
punggung saya...kemudian saya tidak bisa merasakan kaki saya," kata
seorang wanita yang terluka karena kejadian itu.
"Suara yang mengerikan terdengar di sana, meskipun keamanan dan
keselamatan telah dilakukan," kata Reza Fallah, Kepala Masyarakat Bulan
Sabit Merah Kerman.
Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan
tersebut. Namun peristiwa terjadi sehari setelah drone Israel menyerang
Beirut, Lebanon, membuat salah satu petinggi Hamas Saleh Al Arouri tewas,
dan dikhawatirkan meningkatkan eskalasi perang seiring kemarahan Lebanon,
Hizbullah dan Iran.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengutuk peristiwa itu sebagai "kejahatan
keji dan tidak manusiawi". Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei
bersumpah akan membalas dendam atas dua pemboman berdarah tersebut.
"Penjahat yang kejam... harus tahu bahwa mereka akan ditindak tegas mulai
sekarang," kata Khamaei dikutip Reuters.
"Tidak diragukan lagi akan ada tanggapan yang keras," tambahnya.
Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa
mereka akan menggunakan semua cara internasional untuk mengidentifikasi
dan mengadili mereka yang terlibat dalam serangan. Ini pun termasuk para
pendukungnya.
Beberapa negara, termasuk Rusia dan Turki, mengutuk serangan tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab
dimintai pertanggungjawaban.
Ini menjadikannya serangan paling mematikan dalam sejarah Republik Islam
itu. Di masa lalu, Iran menyalahkan Israel atas serangan terhadap individu
atau tempat perbatasannya, meski klaim tersebut tidak dikonfirmasi atau
disangkal oleh Israel.
AS sendiri cepat berkomentar atas insiden ini. Paman Sam, sekutu Israel,
mengatakan tidak ada indikasi bahwa Israel berada di balik ledakan
tersebut.
Copas dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240104053814-4-502589/perang-makin-ngeri-2-bom-meledak-di-iran-100-tewas
No comments:
Post a Comment