Brasil adalah negara produsen bioetanol atau Bahan Bakar Nabati (BBN)
terbesar di dunia. Buktinya, Negeri Samba ini sudah mencampurkan bioetanol
sebagai bahan campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga 48%.
Hal itu seperti yang dikatakan oleh Executive Director Brazillian Ethanol
Cluster (APLA), Flavio Castellari. Dia bilang, saat ini brasil sudah hampir
mencampurkan dengan rasio hampir mencapai 50% berasal dari bioetanol dan 50%
bahan bakar minyak.
"Saat ini di Brasil, kami mencampurkan 27% bensin kami dengan etanol, kami
juga memiliki etanol di beberapa stasiun. Dan rata-rata, kita mengganti
antara 40% dan 48% bahan bakar kita dengan etanol. Jadi saat ini di Brasil,
kurang lebih antara 50% bensin dan 50% etanol," ungkap Castellari kepada
CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Rabu (24/1/2024).
Castellari menyebutkan saat ini Brasil juga sudah menggunakan BBM yang
dicampurkan dengan bioetanol sebanyak 40% hingga 50%. "Jadi kita bisa
mengganti dengan produksi etanol di Brazil, sekitar 45-50% bahan bakarnya,"
tambahnya.
Adapun, dia mengatakan saat ini Brasil memanfaatkan tebu sebagai salah satu
bahan dasar biooetanol yang diproduksi di sana. Volume produksi bioetanol
dari tebu di brasil sebesar 32 miliar liter di tahun 2023 lalu.
Namun, tidak hanya tebu, Brasil juga memanfaatkan jagung sebagai bahan
dasar bioetanol yang mana pada tahun 2023 lalu Brasil memproduksi bioetanol
dari jagung dengan volume 6 miliar liter. "Saat ini, kita memiliki sekitar
32 miliar liter etanol yang diproduksi menggunakan tebu dan 6 miliar liter
etanol menggunakan jagung sebagai bahan bakunya," tuturnya.
"Jadi kita tahu saat ini di Brasil, kami memproduksi, seperti 80% etanol
kami berasal dari tebu dan 20% etanol kami berasal dari jagung," tambahnya.
Dengan begitu, Brasil memproduksi total 38 miliar liter bioetanol dengan
bahan baku tebu dan jagung sepanjang 2023 lalu.
Seperti diketahui, Indonesia sudah memanfaatkan tebu menjadi BBM, khususnya
bensin. Hal ini menunjukkan upaya RI untuk bisa memanfaatkan Bahan Bakar
Nabati (BBN) berbasis tetesan tebu (molase) sebagai sumber bahan bakar
kendaraan sudah mulai diimplementasikan.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan
bahwa saat ini pihaknya bersama dengan PT Energi Agro Utama (Enero), anak
usaha dari PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), untuk memproduksi bioetanol
berbasis tetes tebu (molase). Adapun jumlah produksi bioetanol kini mencapai
30 ribu kilo liter (kl) per tahun.
"Secara total volume itu sekarang produksinya mencapai 30.000 kilo liter,"
ungkap Riva kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa
(5/12/2023).
Riva menyebut, sebagian dari produksi bioetanol tersebut dialokasikan untuk
memproduksi BBM Pertamax Green 95 yang merupakan campuran antara BBM fosil
dan bioetanol sebesar 5% (E5). "Sebagian dari 30 ribu kilo liter itu kita
offtake (ambil) untuk memproduksi Pertamax Green 95," tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa hingga saat ini antusias masyarakat untuk
menggunakan Pertamax Green 95 semakin meningkat walaupun terhitung usia
komersialisasi Pertamax Green 95 hingga saat ini baru 5 bulan. "Tapi memang
animo masyarakat untuk produk Pertamax Green 95 ini cukup baik,"
bebernya.
Dengan begitu, pihaknya mengungkapkan pemanfaatan produk BBM bercampur
dengan bioetanol tersebut sudah mencapai 5 ribu kl per hari.
"Ke depannya, kalau kita melihat volume saat ini, mungkin per harinya ada
di sekitar 5 ribu liter per hari. Yang kita estimasikan di dalam satu bulan
itu mencapai sekitar 150 ribu liter atau 150 kl. Nah harapannya ini akan
meningkat 2-3 kali lipatnya di tahun 2024," tuturnya.
Copas dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240124162939-4-508680/wow-48-bbm-di-brasil-sudah-diganti-tebu-jagung
No comments:
Post a Comment