Meskipun menjadi bagian dari biro politik Hamas sejak 2017, popularitasnya
melonjak pada Mei 2021 saat sayap bersenjata partai tersebut, Brigade
Qassam, meluncurkan pertempuran 'Saif Al-Quds' (Pedang Yerusalem) sebagai respons terhadap serangan Israel berulang
terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa.
Dikutip dari The Palestine Chronicle, berikut adalah latar belakang hingga perjalanannya menjadi pemimpin Hamas.
Latar Belakang dan Pengalaman Pahit
Yahya Sinwar lahir pada 29 Oktober 1962, di kamp pengungsi Khan Younis.
Ia tumbuh sebagai pengungsi, karena sebelumnya di tahun 1948,
orangtuanya diusir dari rumah mereka di Majdal-Askalan, yang kini diambil
alih oleh pemukim Israel dan dinamai ulang menjadi Ashkelon.
Tumbuh di bawah pendudukan militer di Jalur Gaza, dan memiliki kehidupan
yang penuh penderitaan akibat agresi Zionis, menjadikan pengalaman
pahit ini membekas dalam dirinya.
Sehingga hal itulah yang membuatnya terdorong untuk melawan pendudukan
Zionis sejak masa kecil.
Perjalanannya Menjadi Aktivis Politik
Meski mengalami penderitaan, Yahya Sinwar menjadi pelajar berprestasi
secara akademis di Sekolah, dan melanjutkan studinya di Universitas Islam
Gaza.
Di sana, ia menjadi salah satu perintis Blok Islam dan menduduki berbagai
posisi dewan mahasiswa di Universitas.
Pada tahun 1982, Yahya Sinwar dan anggota dewan mahasiswa lainnya melakukan
perjalanan untuk mengunjungi para wanita Palestina di Jenin yang diduga menjadi korban upaya peracunan oleh
Israel.
Namun sayangnya, ia ditangkap dan ditempatkan di bawah penahanan
administratif (ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan) selama enam bulan,
dengan tuduhan bahwa ia berpartisipasi dalam kegiatan subversif
Islam.
Selama masa penahanannya, Yahya Sinwar berteman dengan para aktivis
lainnya, seperti Saleh Shehade yang kemudian memimpin sayap bersenjata Hamas
hingga pembunuhannya pada tahun 2002.
Peran dalam Hamas dan Pengalaman Penahanan
Yahya Sinwar bertanggung jawab untuk mendirikan jaringan keamanan bernama
Majd.
Majd beroperasi secara rahasia sementara organisasi Ikhwanul Muslimin yang
mendahului Hamas, Mujamma Islamiyyah, tetap menjadi kelompok non-kombatan
hingga berdirinya Hamas pada akhir tahun 1987.
Pada tahun 1988, Yahya Sinwar ditangkap dan diduga disiksa secara kejam
selama 6 minggu setelah ditemukannya sel-sel bersenjata milik Majd.
Pada tahun 1989, Hamas melakukan serangan bersenjata pertamanya, dan
menewaskan dua tentara Israel. Yahya Sinwar dihukum atas tuduhan dalang dari
serangan tersebut dan dijatuhi hukuman 426 tahun penjara.
Sebagai pemimpin Hamas dengan profil tertinggi yang dibebaskan dalam
kesepakatan pertukaran tahanan tahun 2011, Yahya Sinwar kembali ke Gaza dan
akhirnya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Jalur Gaza, menggantikan Ismail
Haniyeh.
Pada tahun 2017, Hamas melakukan perubahan nama dan memperbarui anggaran
dasarnya, yang mengindikasikan bahwa Gerakan Perlawanan Islam akan terbuka
untuk menerima Solusi Dua Negara.
Kemudian pada tahun yang sama, Yahya Sinwar memainkan peran utama dalam
upaya memperbaiki hubungan antara Otoritas Palestina (PA), yang dipimpin
oleh Partai Fatah, dan Hamas, namun tidak berhasil.
Transformasi Hamas dan Peran Yahya Sinwar
Pada tahun 2018, di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar, Hamas mengadopsi
platform kebijakan perlawanan non-kekerasan dalam upaya untuk membuka diri
terhadap negosiasi diplomatik yang dapat mengakhiri pengepungan di
Gaza.
Kepemimpinan Hamas mendukung gerakan protes massal non-kekerasan, yang
dikenal sebagai "Great March of Return", yang dimulai pada tanggal 30 Maret
2018.
Namun, Hamas mengubah pendekatannya lagi, setelah keputusan AS
yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel secara sepihak, dan
pembunuhan ratusan pengunjuk rasa tak bersenjata oleh tentara Israel.
Pada Mei 2021, Hamas melancarkan pertempuran Saif al-Quds, yang didukung
oleh beberapa kelompok bersenjata lainnya di dalam Jalur Gaza.
Sejak saat itu, pidato dan penampilan Yahya Sinwar di depan umum
menjadikannya pemimpin yang sangat populer di seluruh Dunia Arab.
Copas dari
https://www.kompas.tv/internasional/459703/mengenal-sosok-yahya-sinwar-pemimpin-hamas-yang-menjadi-target-utama-israel?page=all
No comments:
Post a Comment